Seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang rumit, peran matematika sebenarnya sangat fundamental dalam kehidupan sehari-hari dan, yang tak kalah penting, di dunia kerja bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Bukan hanya soal rumus-rumus abstrak, matematika adalah bahasa universal yang memungkinkan kita untuk mengukur, menghitung, menganalisis, dan memecahkan masalah. Bagi siswa SMK, penguasaan matematika bukan sekadar nilai di rapor, melainkan bekal esensial untuk menjadi profesional yang kompeten di bidangnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita secara tidak sadar sering menggunakan peran matematika. Mulai dari menghitung kembalian belanja, mengatur anggaran bulanan, mengukur bahan untuk memasak, hingga memperkirakan waktu tempuh perjalanan. Kemampuan dasar aritmetika, persentase, atau rasio sangatlah penting untuk membuat keputusan finansial yang tepat atau sekadar mengatur aktivitas harian dengan efisien. Sebuah survei independen yang dilakukan pada April 2025 terhadap 1.000 rumah tangga menunjukkan bahwa 9 dari 10 responden merasa kemampuan dasar matematika membantu mereka mengelola keuangan keluarga.
Di dunia kerja SMK, peran matematika menjadi semakin vital. Apapun jurusannya, lulusan SMK akan berhadapan dengan data, pengukuran, atau perhitungan. Contohnya, siswa Teknik Mesin perlu memahami geometri dan trigonometri untuk mendesain komponen atau melakukan pengukuran presisi. Jurusan Tata Boga memerlukan pemahaman proporsi dan konversi unit untuk resep dalam jumlah besar, serta perhitungan harga pokok produksi. Siswa Akuntansi tentu saja sangat bergantung pada matematika untuk pencatatan keuangan, perpajakan, dan analisis laporan keuangan. Bahkan, jurusan Pariwisata pun membutuhkan matematika untuk mengelola reservasi, menghitung biaya paket wisata, atau mengelola inventaris.
Matematika juga melatih logika dan kemampuan pemecahan masalah, dua soft skill yang sangat dicari di industri. Ketika menghadapi suatu kendala teknis atau operasional, kemampuan berpikir matematis membantu dalam menganalisis data, mengidentifikasi pola, dan menemukan solusi yang paling efektif. Misalnya, seorang teknisi listrik yang harus mendiagnosis korsleting akan menggunakan prinsip-prinsip matematika dan fisika untuk melacak sumber masalah. Pada rapat koordinasi ketenagakerjaan di Balai Latihan Kerja pada Selasa, 10 Juni 2025, perwakilan dari sektor manufaktur menekankan bahwa lulusan SMK yang kuat di bidang matematika dasar cenderung lebih cepat beradaptasi dengan sistem produksi yang kompleks.
Dengan demikian, penguasaan matematika bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi siswa SMK. Ini adalah fondasi yang akan mendukung mereka dalam menguasai keahlian teknis, beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan pada akhirnya, mencapai kesuksesan di dunia kerja yang kompetitif.