Menu Tutup

Dilema Energi dan Iklim: Mengurai Dampak Emisi PLTU Batubara Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia

Indonesia menghadapi dilema energi dan iklim yang kompleks. Di satu sisi, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara adalah tulang punggung pasokan listrik nasional, menjamin akses energi yang terjangkau. Di sisi lain, emisi gas rumah kaca dari PLTU ini menjadi kontributor signifikan terhadap perubahan iklim global, menuntut solusi segera dan berkelanjutan.

Pembakaran batubara di PLTU melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. CO2 adalah gas rumah kaca utama yang memerangkap panas, menyebabkan pemanasan global. Peningkatan suhu rata-rata bumi ini memicu berbagai fenomena iklim ekstrem yang semakin sering terjadi di Indonesia.

Dampak dari emisi ini sangat terasa. Peningkatan suhu laut berkontribusi pada pemutihan karang dan naiknya permukaan air laut, mengancam kota-kota pesisir. Perubahan pola curah hujan menyebabkan banjir bandang di satu daerah dan kekeringan parah di daerah lain.

Selain CO2, PLTU batubara juga melepaskan polutan lain seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat. Meskipun bukan gas rumah kaca, polutan ini berkontribusi pada kabut asap dan hujan asam, yang merusak kesehatan manusia dan lingkungan.

Dilema energi dan iklim ini menuntut Indonesia untuk menemukan keseimbangan. Bagaimana caranya memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tanpa memperparah krisis iklim? Jawabannya terletak pada transisi energi yang terencana dan inovasi teknologi.

Investasi pada inovasi teknologi seperti teknologi supercritical dan ultra-supercritical pada PLTU baru dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi per unit listrik. Ini adalah langkah penting, meskipun batubara masih menjadi bahan bakarnya.

Pengembangan teknologi Penangkapan Karbon (CCS/CCUS) juga menawarkan prospek untuk PLTU rendah karbon. Dengan menangkap dan menyimpan atau memanfaatkan CO2, PLTU dapat terus beroperasi sambil mengurangi dampak iklimnya secara drastis.

Strategi co-firing biomassa adalah pendekatan lain yang menjanjikan. Mencampur batubara dengan biomassa dapat mengurangi emisi CO2 bersih dari PLTU tanpa perlu membangun pembangkit baru. Ini memanfaatkan potensi energi terbarukan domestik.

Meskipun tantangannya besar, kesadaran akan dilema energi dan iklim ini semakin meningkat. Pemerintah Indonesia berkomitmen pada target pengurangan emisi dan sedang mempercepat pengembangan energi terbarukan seperti surya, angin, dan panas bumi.